Translate

Minggu, 14 April 2013

Kandungan Nutrisi Dalam Sagu (Rombia)

Walaupun mayoritas penduduk Indonesia makan nasi sebagai makanan pokok, di wilayah Indonesia Bagian Timur, khususnya di daerah Morowali Sulawesi Tengah sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya. Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon Sago Rottb.). Sagu dikenal dengan banyak nama, seperti Kirai di Jawa Barat, bulung, kresula, bulu, rembulung, atau resula di Jawa Tengah; lapia atau napia di Ambon; tumba di Gorontalo; Pogalu atau tabaro di Toraja; dan rambiam atau rabi di Kepulauan Aru, Etnik Bungku dinamakan Rombia. Sagu (Metroxylon sp) habitatnya di daerah rawa, hasil hutan non kayu yang sejak dari dulu sudah dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Di daerah Morowali, Sagu tumbuh dengan sendirinya di hutan-hutan rawa, pada daerah dataran rendah. Menurut Flach dan Schuiling (1991) kandungan Nutrisi (g) yang terdapat pada batang sagu adalah N = 590, P = 170, K = 1700, Ca = 860 dan Mg = 350. Pada saat pengolahan di lapangan nutrisi ini banyak hilang dan kembali ke tanah tempat tumbuhnya. Bubuk sagu dihasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang yang dapat diolah menjadi berbagai makanan. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan pelepah sagu (Basu). Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi kue kering (bagea) dan mutiara sagu. Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka, meskipun keduanya sebenarnya berbeda. Perbedaannya hanyalah pada bahan pembuatnya jika tepung sagu terbuat dari pati pohon sagu, tepung tapioka atau kanji terbuat dari pati umbi ketela pohon. Sebagai makanan tadisi orang Bungku, sagu dijadikan “Dunui” untuk dimakan dengan “ikan kuah”. Selain itu dapat pula diolah menjadi makanan "Hinole" yang dicampur dengan kelapa parut lalu digoreng. Kalau menghidangkan papeda tanpa “ikan kuah” rasanya tidak lengkap. Pada saat ini daerah Marowali orang sudah lebih banyak mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan sehari-hari. Sagu yang dibuat “Duniu dan Hinole” sudah jarang ditemui hanya pada saat-saat tertentu atau acara khusus saja “Dunui” disajikan bersama “Ikan kuah kuning”. sedangkan Hinole biasanya di hidangkan dengan ikan garam yang digoreng tambah sambal (jabu-jabu). Kaya Manfaat dan Cocok Untuk diet. Tepung sagu kaya dengan karbohidrat (pati) namun sangat miskin gizi lainnya. 100 gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10 mg kalsium, 1,2 mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah kecil. Walaupun gizi yang dikandung tidak tinggi, sagu juga mempunyai beberapa manfaat yang baik bagi tubuh. Diantaranya adalah tidak cepat meningkatkan kadar glukosa dalam darah sehingga cukup aman dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus. Serat pangan pada sagu memiliki zat yang bisa berfungsi sebagai pre-biotik, menjaga mikroflora usus, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko terjadinya kanker usus, mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, mengurangi kegemukan, mempermudah buang air besar. Sagu juga sering dikonsumsi bagi yang sedang diet karena dapat memberikan efek mengenyangkan, tetapi tidak menyebabkan gemuk. Untuk mengimbangi kandungan gizinya yang tidak terlalu tinggi, ada baiknya olahan sagu ditambah bahan-bahan kaya protein dan sayur mayur. Seperti Dunui atau bubur sagu, sako-sako, Nasi sagu (Hinole), Kue Kering (Bagea). Di daerah maluku sagu dapat pula di olah menjadi Sagu Keju, Ketupat Sayur, dan Bubur Kacang Hijau Sagu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar