Translate

Rabu, 20 Februari 2013

ALAT TANGKAP RAWAI TUNA

ALAT TANGKAP RAWAI TUNA 1. PENDAHULUAN Rawai tuna (Tuna longline) merupakan alat tangkap dari golongan line fishing (penangkapan dengan tali pancing), yang terutama ditujukan untuk menangkap ikan tuna dalam ukuran dan jumlah yang besar, serta mempunyai daerah penyebaran yang luas (Takayama, 1963). Nomura dan Yamazaki (1977) mengklasifikasikan rawai tuna ke dalam tiga kelompok yaitu :1) ordinary tuna longline (rawai tuna), albacore longline (rawai albakora), dan small size tuna longline (rawai tuna kecil). Rawai yang telah banyak dipakai dan telah berkembang di Indonesia adalah jenis ordinary tuna longline. Rawai tuna merupakan gabungan dari beberapa bagian yaitu : tali utama (main line), tali cabang (branch line), kili-kili (swivel), skyama, kawat baja (wire leader), pancing (hook), tali pelampung (buoy line), dan pelampung (buoy). Satu rangkaian alat tangkap rawai tuna disebut dengan satu basket Berdasarkan jumlah tali cabang per basket, maka rawai tuna dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : rawi tuna konvensional (conventional tuna longline) yang memakai tali cabang antara 4 - 6 tali cabang perbasket dan rawai perairan dalam (Deep layer tuna long line) yang memakai 10 – 15 tali cabang per basket (Suzuki, et al, 1977) Alat tangkap rawai tuna merupakan alat tangkap ikan tuna yang paling efektif, karena alat tangkap ini dapat menjangkau penyebaran secara vertikal sampai dengan kedalaman 300 meter, dan secara horizontal sampai dengan 120 km. Sehingga pengetahuan tentang penyebaran tuna secara vertikal dan horizontal memegang penting, hal ini dimaksudkan agar dapat memperkirakan panjang bagian dari alat tangkap (tali utama, tali cabang, dan tali pelampung) serta pengaturan kecepatan yaitu kecepatan kapal dan kecepatan setting. 2. ALAT TANGKAP RAWAI TUNA Bagian-Bagiannya Alat tangkap rawai tuna dalam satu basket terdiri dari: Tali utama (main line), tali cabang (branch line), kawat baja dibalut benang katun (skyama), kawat baja/kanayama (wire leader), pancing (hook), tali pelampung (buoy line), dan pelampung. Nama bagian Bahan Diameter(mm) Panjang(m) Jumlah 1. Tali utama Polyester(kuralon) 6,5 50 11 2. Tali cabang: a. Snap on Baja anti karat 5,0 0,15 10 b. Tali cabang utama Polyester 3,5 20 10 c. Kili-kili Kuningan & timah No.28 10 d. Skyama Polyester/kawat baja 3,0 2,5 10 e. Wire leader Baja dilapis timah No. 5/6 10 f. Pancing 3. Tali pelampung Polyester 6,5 30 2 4. Pelampung Plastik 300 2 2.1.1. Tali Utama (Main Line) Tali utama biasanya dibuat dari tali polyester (PES) multy filament atau yang disebut dengan “kuralon” yang telah diawetkan dengan teer, bahan ini biasanya dipergunakan oleh kapal yang ukuranya besar. Panjang tali utama yaitu antara 40 meter sampai dengan 60 meter dengan diameter antara 2,5 mm sampai dengan 4,5 mm. Pada kedua ujung tali utama dibuat mata (eye splice), yang gunanya untuk menyambung antara bagian tali utama yang satu dengan yang lain dan untuk menyambung dengan tali pelampung Selain itu ada juga yang menggunakan bahan polyester mono filament yang disebut dengan “senar” bahan ini biasanya oleh kapal kecil. Panjang tali utama antara 25 meter sampai dengan 50 meter dengan diameter antara 2 mm sampai dengan 3,5 mm. 2.1.2. Tali Cabang (Branch Lline). Tali cabang merupakan bagian alat tangkap ikan rawai tuna yang berguna untuk menghubungkan tali utama dengan pancing. Tali cabang terdiri dari: tali cabang utama, kili-kili, sakite, skyama, kanayama, pancing. Tali cabang utama bahannya sama dengan bahan tali utama tetapi diameternya antara 2,5 mm sampai dengan 4,5 mm dengan panjang 15 – 30 meter tergantung dari panjang bagian tali utama. Tali cabang untuk alat tangkap yang menggunakan monofilamen dengan diameter antara 2 mm sampai dengan 3 mm dengan panjang antara 10 m samapi dengan 20 meter. Penyambungan antara tali cabang utama dengan tali utama dengan menggunakan simpul atau dengan menggunakan snap yaitu suatu kait atau penjepit yang dipergunakan untuk mengkaitkan tali cabang ke tali utama. Kili-kili (swivel) adalah alat yang terbuat dari kuningan dan timah yang gunanya untuk mencegah tali cabang terpilin jika pancing dimakan oleh ikan, selain itu juga untuk pemberat. Kili-kili dihubungkan dengan tali utama dengan cara menyimpulkan tali cabang pada salah satu ujung dari kili-kili tersebut. Sedangkan untuk menghubungkan dengan skyama dibuat simpul tali yang dihubungakan dengan ujung yang lain dari kili-kili yang disebut dengan “ sakite” yang panjangnya lebih kurang 20 cm. Skyama yaitu kawat baja yang dibalut dengan benang katun dan diteer dengan maksud supaya lebih kaku, dengan diameter 2,5 sampai dengan 3,5 mm dan panjangnya antara 6 m sampai dengan 10 meter. Alat ini biasanya digunakan pada rawai tuna yang menggunakan kuralon. Pada rawai tuna yang terbuat dari senar biasanya tidak menggunakan bahan ini tetapi menggunakan bahan yang sama dengan tali cabang utama. Kedua ujung skyama dibuat eye splice untuk memudahkan pemasangan pada sakite dan pada wire leader. Kawat baja (wire leader) merupakan bagian tali cabang yang dipasanggi pancing , sehingga harus tahan terhadap gigitan ikan, selain itu berfungsi juga sebagai pemberat. Kawat baja pada ujung yang berhubungan dengan skyama dibuat mata yang dilapisi dengan kanseki spring, yaitu semacam peer yang dilapisi dengan plastic dan yang dengan pancing dibuat mata yang dilapisi dengan armor spring yaitu semacam peer. Kedua peer terseut untuk melapisi kawat baja supaya tidak mudak putus. Kawat baja yang dipergunakan berdiameter 1 mm – 2,5 mm dengan panjang antara 1 m sampai dengan 3 m. Pancing yang dipergunakan dibuat dari baja yang dilapisi timah sehingga tidak mudah berkarat, tetapi ada juga yang menggunakan baja anti karat. Pancing yang dipergunakan biasanya berukuran antara Nomor. 3 sampai dengan Nomor 8. Kawat baja tidak dipergunakan pada rawai tuna yang menggunakan monofilament. 2.1.3. Tali Pelampung (Buoy Line) Tali Pelampung cabang merupakan bagian alat tangkap ikan rawai tuna yang berguna untuk menghubungkan antara pelampung dan tali utama. Tali cabang dibuat dengan bahan dan diameter yang sama dengan tali utama tetapi panjangnya berkisar antara 15 m sampai dengan 50 meter. Pada rawai tuna yang terbuat dari monofilament tali pelampunnya dibuat dari bahan Polyethiliny (PE) dengan diameter antara 3 mm sampai dengan 4 mm dengan panjang antara 10 m sampai dengan 30 m. 2.1.4. Pelampung (Buoy) Pelampung merupakan bagian alat tangkap ikan rawai tuna yang berguna untuk menahan alat tangkap rawai tuna agar tidak tenggelam. Pada awalnya pelampung ini dibuat dari gelas kaca yang dirajut dengan tali kuralon, tetapi pada saat ini dipergunakan pelapung yang terbuat dari bahan plastik dengan diameter antara 20 cm sampai dengan 30 cm yang dipakai pada rawai tuna dari bahan kuralon. Pelampung dengan diameter antara 10 cm sampai dengan 20 cm yang dipakai rawai tuna dari bahan monofilament. Pelapung biasanya berwarna : merah, kuning, orange, dan putih atau perpaduan dari warna tersebut, maksudnya supaya mudah terlihat di permukaan laut pada saat dioperasikan. Selain itu untuk memudahkan pengenalan terhadap pelapung dipermukaan laut ditambahkan benda lain misalnya : scotlite (yaitu lempengan plat yang diberi cat yang mengandung pospor, sehingga pada malam hari jika terkena sinar/cahaya akan memantulkan sinar tersebut) dan tiang bendera, sehingga dari jarak yang relative jauh dapat terlihat. Pelampung adapula yang diberi pemancar radio (Radio buoy) yaitu pemamcar yang mengunakan gelombang frekuensi tanpa modulasi (A1) dengan isyarat morse. Pelampung ini akan memancarkan kode morse pada frekunsi tertentu, sehingga dapat dipantau dari kapal dengan menggunakan pesawat penerima RDF (Radio Direction Finder) , dengan menggunakan alat ini arah radio buoy dari kapal dapat dilihat . radio buoy biasanya dipasang pada basket nomor 30 dan kelipatanya. Selain itu dipergunakan pula pelampung yang memilki lampu yang berkedip-kedip, maksudnya pada malam hari pelampung ini dapat terlihat, pelampung ini biasanya dipasang pada nomor basket 10 dan kelipatanya 2.2.1. Klasifikasi Tuna Bentuk ikan tuna seperti cerutu, mempunyai dua sirip punggung, sirip depan biasanya lebih pendek dan terpisah dari sirip belakang. Mempunyai sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung berwarna kuning dan sirip dubur. Sirip dada agak ke atas, sirip perut kecil ,sirip ekor bercagak agak dalam. Badan ikan tuna tertutup sisik kecil 3. OPERASI PENANGKAPAN. Operasi penangkapan dengan alat tangkap rawai tuna terdiri dari : persiapan penangkapan, menurunkan alat tangkap (setting), menaikan alat tangkap (hauling) , dan penanganan hasil tangkap. Ada beberapa sistem penyimpanan alat tangkap rawai tuna yaitu : 1) Sistem basket yaitu dalam satu set alat tangkap rawai tuna (tali pelampung, tali utama,dan tali cabang) diikat menjadi satu dengan menggunakan tali salang., pelampung disimpan tersendiri. Pemasangan tali cabang pada tali utama dengan membuat simpul, demikian halnya dengan pemasangan tali pelampung pada tali utama. 2) Sistem boks (kotak) yaitu tali utama disusun dalam kotak (tali cabang, tali pelampung dan pelampungnya disimpan tersendiri. Pada sistem ini pemasangan tali cabang pada tali utama dikaitkan dengan snap demikian pula pemasangan tali pelampung pada tali utama. 3) Sistem drum (gelondong) yaitu tali utama digulung dalam drum, pemasangan tali cabang dan tali pelampung pada tali utama sama dengan sistem boks. 4) Sistem blong (tong) sistem ini dipergunakan pada rawai tuna yang dibuat dengan monofilament. Tali utama dimasukan kedalam tong plastik sedangkan tali cabang digulung dan dimasukan kedalam keranjang kemudian diletakan di atas tong tali utama. Tali Pelampung dan pelampungnya disimpan tersendiri, biasanya dalam satu tong disimpan senbanyak 10 basket dengan 50 pancing. 3.1. Persiapan Alat tangkap rawai tuna perlu dipersiapkan menjelang tiba di daerah penangkapan atau selama menuju ke daerah operasi penangkapan. Persiapan ini meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Persiapan operasi penangkapan dengan sistem basket dilakukan dengan mengeluarkan alat tangkap (ikatan alat tangkap, pelampung, radio buoy, light buoy, dan tiang bendera) dari gudang penyimpanan alat tangkap dan diletakkan di daerah buritan kapal dimana setting akan dilaksanakan, sedangkan alat bantu penangkapan (ganco ikan, berbagai macam pisau, sikat untuk membersihkan ikan, marlin spike untuk membunuh ikan, dan lain sebagainya) diletakan di bagian haluan kapal dimana hauling akan dilakukan. 2. Persiapan operasi penangkapan dengan sistem boks dengan mengeluarkan tali cabang, tali pelampung dan pelampung dari gudang tempat penyimpanan , sedangkan persiapan alat bantu seperti yang dilakukan pada sistem basket. 3. Persiapan operasi penangkapan dengan sistem drum sama dengan persiapan sistem boks 4. Persiapan sistem blong dilakukan dengan mengeluarkan blong dari gudang penyimpanan. Pada prinsipnya penyiapan alat bantu sama pada semua sistem. Menjelang dilakukan setting umpan dikeluarkan dari gudang beku yaitu 2 jam samapi dengan 4 jam menjelang setting umpan harus sudah berada di buritan kapal, sehingga pada waktu setting umpan sudah mencair dan mudah dipasang pada pancing. 3.2. Setting Setting adalah penurunan alat tangkap, rawai tuna diturunkan di buritan kapal . Berikut ini cara penurunan alat tangkap secara berturut-turut dimulai dari : menurunkan bendera tanda , radio buoy, pelampung , tali pelampung, umpan bersamaan dengan tali cabang sampai dengan pelampung lagi, demikian seterusnya sampai dengan semua alat tangkap diturunkan, kemudian diikuti dengan radio buoy dan tiang bendera. Kapal meninggalkan alat tangkap dengan cara berlayar menunju ke arah datangnya angin sampi dengan jarak tertentu, dengan pertimbangan kecepatan angin dan lamanya alat tangkap di dalam air (Misalnya kecepatan angin 1m/det (3,9mil/jam) dan lama alat tangkap di dalam air 5 jam, maka kapal akan menjauhi tiang bendera sejauh 9,7 mil). Haluan kapal pada saat setting sebaiknya mengikuti angin atau arus tergantung mana yang lebih memberikan pengaruh terhadap haluan kapal , biasanya angin atau arus diletakan lebih kurang 33,5o sampai dengan 45 o ke a rah kiri dari arah buritan kapal. Sehingga pada saat hauling angin atau arus berasal dari arah haluan, dengan demikian kapal akan lebih mudah dikemudikan. Kecepatan kapal pada saat setting berkisar antara 5 sampai dengan 7 knot tergantung dari kecepatan penurunan alat, kecepatan penurunan alat tangkap rawai tuna berkisar antara 4 pancing per menit sampai dengan 6 pancing per menit. Kegiatan setting pada kapal yang mempergunakan sistem basket adalah sebagai berikut : Anak buah kapal (ABK) A. Mengeluarkan dan memilah umpan dari kotak penyimpanan dan meletakan di atas meja umpan B. Mengambil basket dari tempat penyimpanan di atas dek kemudian meletakan di atas meja setting serta membuka tali pengikatnya (tali salang). C. Menyambung tali utama antara basket dan tali pelampung dengan tali utama, serta menyerahkan tali pelampung kepada H. D. Memeriksa sambungan antara tali utama basket yang satu dengan yang lain dan tali pelampung terhadap tali utama. E.silahkan anda menceburkan diri kelaut siapa tau ada hiu lapar tang kebetulan lewat......hahahahahahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar